Aku terlahir dengan
nama yang begitu indah maknanya bagiku. Makna yang begitu membuatku tegar dalam
menjalani setiap detik nafas yang diberikan Allah SWT padaku. Sampai ketika aku
merasa tak bersemangat lagi untuk menatap hari esok, hanya cahaya kekal dari-NYA
lah yang bisa merasuki relung sanubariku yang terdalam. Bahwa aku terlahir dan
kembali semata-mata hanya untuk-NYA.
Cahaya itu mulai memasuki alam
hidupku, jauh saat aku berusia 5 tahun. Ketika aku mengalami patah tulang di
kaki sebelah kanan tanpa ada sebab yang jelas dan menjadikanku lumpuh sementara
selama dua bulan. Di usiaku yang terbilang masih kecil, aku merasa ini adalah
ujian terberat dimana aku tidak bisa melaksanakan Manasik Haji saat aku duduk
di Taman Kanak-Kanak. Aku tak bisa berlari dan tertawa layaknya anak seusiaku
pada umumnya. Aku dikucilkan karena selama enam tahun kemudian aku tidak boleh
berlari. Saat itulah aku merasa tidak ada yang bisa menjadi temanku. Aku menjadi
anak yang mudah marah saat orang-orang mengucilkan kemampuanku. Tetapi sekali
lagi Allah Maha Penyayang kepada umat-NYA, aku bangkit dari keterpurukan masa
kecilku karena Allah menjawab doa dan tangisku setiap malam. Bahwa aku ingin
bisa mengalahkan mereka yang mengucilkanku dengan prestasi. Dan selama di bangku
sekolah aku mendapatkan prestasi yang gemilang berkat usaha dan doa yang tak
pernah putus kepada Sang Khalik.
Saat usiaku menginjak remaja
tepatnya saat duduk di bangku kelas satu SMK, aku sering jatuh sakit dan puncak
keparahan sakitku berujung kepada operasi yang memakan waktu pennyembuhan cukup
lama. Sakit yang kualami ini adalah sebuah kelainan di mana terkadang aku tak
mampu untuk mengingat hal kecil macam nama seseorang secara tiba-tiba. Saat
itulah aku sadar bahwa ini adalah sebuah ujian yang diberikan Allah padaku.
Bahwa ini adalah sebuah teguran dimana sering aku melalaikan perintah-NYA.
Selepas operasi aku mengalami koma sehari penuh yang mengantarkanku menuju
kedekatanku dengan Allah. Saat-saat kritis itu yang membuatku berada pada suatu
lorong dimana aku merasa dibimbing oleh seseorang untuk berbuat baik. Aku
melewati lorong yang begitu panjang dan tak berujung. Selama itu pula aku
diperdengarkan kata-kata baik yang menyejukkan hati dari seseorang yang tidak
terlihat wujudnya. Aku mengikuti cahaya yang berpendar di depanku. Cahaya itu
tidak pernah redup dan begitu kekal sampai tiba-tiba ada seseorang yang menutup
pintu di depanku yang membuat cahaya itu redup dan menjadikan lorong itu gelap
gulita. Maka saat itulah aku tersadar kembali dari koma sementara. Sampai
sekarang aku masih bertanya-tanya mungkinkah cahaya yang membimbingku selama
perjalanan jiwa menuju lorong bercahaya itu adalah cahaya syurga? Mungkinkah
orang yang menutup pintu sumber cahaya itu adalah malaikat? Semua itu membuatku
tersadar bahwa masih banyak dosa yang pernah aku perbuat. Maka aku mengikrarkan
diri untuk bertaubat. Menutup aurat (berhijab yang benar), melakukan
perintah-NYA dengan khusyuk dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Saat- saat itulah yang membuatku merasa dekat dengan Allah. Cahaya yang
membimbingku selama berada pada lorong itu begitu kekal dan mencerahkan hati
untuk terus mengikuti sumber cahaya keabadian itu. Cahaya yang membuatku
tersadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Allah lah yang Maha
Kekal.
Untuk mengingatnya selalu, untuk
bisa kembali merasakan indahnya cahaya itu, aku tersadar bahwa arti namaku juga
menyiratkan agar aku selalu berada pada jalan Allah, agar aku selalu menuju
cahaya yang Maha Kekal. Nur Khaleda Ayuningtiyas adalah cahaya kekal yang
cantik dan baik hati. Arti nama yang orang tua berikan kepadaku semata-mata
agar aku selalu berada di jalan Allah, terlahir sebagai gadis yang mempunyai
akhlakul karimah dan menjadi panutan orang banyak. Semua pengalaman wisata jiwa
itu aku ilhami sebagai upayaku untuk bertaubat dan menjalin kedekatan dengan
Allah, walaupun terkadang aku menyadari masih banyak dosa yang ku perbuat, aku
yakin ini adalah suatu proses menuju kebaikan. Suatu masa dimana aku berusaha
lahir dan bangkit kembali menjadi manusia baru yang berakhlak mulia. Karena
bagaimana pun aku adalah milik-NYA dan cahaya kekal akan tetap selalu hidup
dalam nama dan sanubariku.
***SEKIAN***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar