Rabu, 20 November 2013

Cahaya Kekal, Aku lah Milik-Mu (Akhlak Tasawuf Praktikum II Nur Khaleda.A)

Aku terlahir dengan nama yang begitu indah maknanya bagiku. Makna yang begitu membuatku tegar dalam menjalani setiap detik nafas yang diberikan Allah SWT padaku. Sampai ketika aku merasa tak bersemangat lagi untuk menatap hari esok, hanya cahaya kekal dari-NYA lah yang bisa merasuki relung sanubariku yang terdalam. Bahwa aku terlahir dan kembali semata-mata hanya untuk-NYA.
            Cahaya itu mulai memasuki alam hidupku, jauh saat aku berusia 5 tahun. Ketika aku mengalami patah tulang di kaki sebelah kanan tanpa ada sebab yang jelas dan menjadikanku lumpuh sementara selama dua bulan. Di usiaku yang terbilang masih kecil, aku merasa ini adalah ujian terberat dimana aku tidak bisa melaksanakan Manasik Haji saat aku duduk di Taman Kanak-Kanak. Aku tak bisa berlari dan tertawa layaknya anak seusiaku pada umumnya. Aku dikucilkan karena selama enam tahun kemudian aku tidak boleh berlari. Saat itulah aku merasa tidak ada yang bisa menjadi temanku. Aku menjadi anak yang mudah marah saat orang-orang mengucilkan kemampuanku. Tetapi sekali lagi Allah Maha Penyayang kepada umat-NYA, aku bangkit dari keterpurukan masa kecilku karena Allah menjawab doa dan tangisku setiap malam. Bahwa aku ingin bisa mengalahkan mereka yang mengucilkanku dengan prestasi. Dan selama di bangku sekolah aku mendapatkan prestasi yang gemilang berkat usaha dan doa yang tak pernah putus kepada Sang Khalik.
            Saat usiaku menginjak remaja tepatnya saat duduk di bangku kelas satu SMK, aku sering jatuh sakit dan puncak keparahan sakitku berujung kepada operasi yang memakan waktu pennyembuhan cukup lama. Sakit yang kualami ini adalah sebuah kelainan di mana terkadang aku tak mampu untuk mengingat hal kecil macam nama seseorang secara tiba-tiba. Saat itulah aku sadar bahwa ini adalah sebuah ujian yang diberikan Allah padaku. Bahwa ini adalah sebuah teguran dimana sering aku melalaikan perintah-NYA. Selepas operasi aku mengalami koma sehari penuh yang mengantarkanku menuju kedekatanku dengan Allah. Saat-saat kritis itu yang membuatku berada pada suatu lorong dimana aku merasa dibimbing oleh seseorang untuk berbuat baik. Aku melewati lorong yang begitu panjang dan tak berujung. Selama itu pula aku diperdengarkan kata-kata baik yang menyejukkan hati dari seseorang yang tidak terlihat wujudnya. Aku mengikuti cahaya yang berpendar di depanku. Cahaya itu tidak pernah redup dan begitu kekal sampai tiba-tiba ada seseorang yang menutup pintu di depanku yang membuat cahaya itu redup dan menjadikan lorong itu gelap gulita. Maka saat itulah aku tersadar kembali dari koma sementara. Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya mungkinkah cahaya yang membimbingku selama perjalanan jiwa menuju lorong bercahaya itu adalah cahaya syurga? Mungkinkah orang yang menutup pintu sumber cahaya itu adalah malaikat? Semua itu membuatku tersadar bahwa masih banyak dosa yang pernah aku perbuat. Maka aku mengikrarkan diri untuk bertaubat. Menutup aurat (berhijab yang benar), melakukan perintah-NYA dengan khusyuk dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saat- saat itulah yang membuatku merasa dekat dengan Allah. Cahaya yang membimbingku selama berada pada lorong itu begitu kekal dan mencerahkan hati untuk terus mengikuti sumber cahaya keabadian itu. Cahaya yang membuatku tersadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Allah lah yang Maha Kekal.
            Untuk mengingatnya selalu, untuk bisa kembali merasakan indahnya cahaya itu, aku tersadar bahwa arti namaku juga menyiratkan agar aku selalu berada pada jalan Allah, agar aku selalu menuju cahaya yang Maha Kekal. Nur Khaleda Ayuningtiyas adalah cahaya kekal yang cantik dan baik hati. Arti nama yang orang tua berikan kepadaku semata-mata agar aku selalu berada di jalan Allah, terlahir sebagai gadis yang mempunyai akhlakul karimah dan menjadi panutan orang banyak. Semua pengalaman wisata jiwa itu aku ilhami sebagai upayaku untuk bertaubat dan menjalin kedekatan dengan Allah, walaupun terkadang aku menyadari masih banyak dosa yang ku perbuat, aku yakin ini adalah suatu proses menuju kebaikan. Suatu masa dimana aku berusaha lahir dan bangkit kembali menjadi manusia baru yang berakhlak mulia. Karena bagaimana pun aku adalah milik-NYA dan cahaya kekal akan tetap selalu hidup dalam nama dan sanubariku.


***SEKIAN***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar